Selamat datang di Avi Medikal Indonesia
Penyebab Down Syndrome, Kondisi Kelainan Kromosom Genetik pada Bayi

Penyebab Down Syndrome, Kondisi Kelainan Kromosom Genetik pada Bayi

Avimed.co.id – Semua orang tua tentunya menginginkan bayinya bisa lahir dengan selamat dan sehat ke dunia. Sayangnya, ada beberapa bayi yang mengalami kondisi cacat lahir sehingga membuat tubuhnya kurang sempurna. Salah satu kondisi cacat lahir pada bayi yakni Down syndrome. Nah, sebenarnya apa penyebab Down syndrome atau sindrom Down ini?

Apa penyebab Down syndrome?

Down syndrome adalah kelainan kromosom genetik yang paling umum. Secara garis besarnya, penyebab Down syndrome atau sindrom Down yakni karena bayi mengalami kelebihan jumlah kromosom saat berada di dalam kandungan.

Kondisi sindrom Down ini tidak boleh disepelekan karena dapat menyebabkan anak mengalami kesulitan belajar.

Tingkat kejadian Down syndrome atau sindrom Down di seluruh dunia diperkirakan mencapai 1 banding 700 dari total angka kelahiran.

Dengan kata lain, kurang lebih ada sekitar delapan juta anak yang mengidap Down syndrome. Sementara berdasarkan Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, kasus Down syndrome di Indonesia cenderung meningkat.

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), ada sekitar 0,12 persen kasus sindrom Down pada anak usia 24-59 bulan.

Hasil tersebut meningkat menjadi 0,13 persen di tahun 2013 hingga berubah ke angka 0,21 persen di tahun 2018. Perlu diperhatikan bahwa Down syndrome pada umumnya bukanlah penyakit keturunan.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, adanya kelainan genetik ketika bayi yang dikandung memiliki tambahan kromosom 21 merupakan penyebab Down syndrome atau sindrom Down.

Tambahan kromoson 21 tersebut dapat terjadi pada salinan penuh atau hanya sebagian, baik yang terbentuk saat perkembangan sel telur, pembentukan sel sperma, maupun embrio.

Lebih rincinya begini, normalnya ada 46 kromosom di dalam sel manusia dan setiap satu pasang kromosom terbentuk dari ayah dan ibu.

Jika saat pembelahan sel abnormal turut melibatkan kromosom 21, di sinilah terjadi Down syndrome atau sindrom Down. Kelainan pada proses pembelahan sel ini yang kemudian menghasilkan kromosom 21 atau kromosom ekstra parsial.

Variasi genetik penyebab Down syndrome

Melansir dari laman Mayo Clinic, ada beberapa variasi genetik yang dapat menjadi penyebab Down syndrome atau sindrom down:

Penyebab Down Syndrome karena trisomi 21

Ada sekitar 95 persen penyebab Down syndrome dikarenakan trisomi 21. Jika biasanya anak dengan Down syndrome mempunyai dua salinan kromosom, hal ini berbeda dengan kasus trisomi 21.

Seorang anak dengan trisomi 21 mempunyai tiga salinan pada kromosom 21 di semua selnya. Kondisi ini bisa terjadi karena adanya pembelahan sel yang abnormal selama masa perkembangan sel sperma atau sel telur.

Sebagai gambaran, kromosom saling berbaris rapi guna menghasilkan telur atau sperma dalam sebuah proses bernama meiosis.

Namun, trisomi 21 memberikan efek kurang baik. Bukannya memberikan satu kromosom, justru ada dua buah kromosom 21 yang diberikan.

Jadi nantinya setelah berhasil dibuahi, sel telur yang harusnya memiliki dua kromosom saja, malah memiliki total tiga kromosom. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab Down syndrome.

Sindrom Down mosaik (Mosaic Down syndrome)

Jika dibandingkan dengan dua jenis variasi genetik penyebab Down syndrome atau sindrom Down yang telah dijelaskan sebelumnya, jenis mosaik ini terbilang paling jarang terjadi.

Sindrom Down mosaik adalah penyebab Down syndrome yang terjadi saat seseorang hanya memiliki beberapa sel dengan salinan tambahan dari kromosom 21.

Penyebab pasti dari Down syndrome mosaik ini berbeda dari dua jenis sebelumnya dan belum dapat diketahui.

Itu sebabnya, ciri atau karakteristik seorang anak dengan sindrom Down mosaik ini lebih sulit diprediksi, tidak seperti kedua jenis sebelumnya.

Ciri atau karakteristik tersebut mungkin tampak kurang jelas tergantung dari sel apa dan berapa banyak jumlah sel yang memiliki kromosom 21 tambahan.

Sindrom Down translokasi (Translocation Down syndrome)

Sindrom down translokasi adalah kondisi saat sebagian kromosom 21 melekat ke kromosom lainnya sebelum maupun saat pembuahan terjadi.

Seorang anak dengan sindrom down translokasi memiliki dua salinan kromosom 21 seperti biasanya. Akan tetapi, anak tersebut juga mempunyai bahan genetik tambahan dari kromosom 21 yang melekat pada kromosom lainnya.

Penyebab Down syndrome jenis ini yakni karena adanya pembelahan sel yang abnormal, entah itu sebelum maupun setelah proses pembuahan selesai.

Berbeda dengan jenis penyebab Down syndrome lainnya, sindrom down translokasi merupakan jenis yang terkadang dapat diturunkan dari orangtua atau genetik.

Meski begitu, hanya sekitar 3-4 persen kasus sindrom Down translokasi yang benar-benar mendapatkannya dari salah satu orangtua.

Jika sindrom Down translokasi turun kepada anaknya, ini berarti sang ayah atau ibu memiliki beberapa materi genetik kromosom 21 yang disusun ulang pada kromosom lain.

Hanya saja, tidak ada materi genetik tambahan pada kromosom 21 dalam kasus sindrom Down translokasi. Artinya, ayah atau ibu sebenarnya tidak memiliki tanda atau gejala Down syndrome.

Akan tetapi, ayah atau ibu bisa mewariskan kepada anak karena membawa materi genetik tersebut sehingga menjadi penyebab sang anak mengalami Down syndrome.

Kondisi tersebut menyebabkan materi genetik tambahan dari kromosom 21. Risiko menurunkan sindrome Down translokasi tergantung dari jenis kelamin orangtua pembawa kromosom 21, yakni sebagai berikut:

  • Jika ayah adalah agen pembawa (carrier), risiko Down syndrome sekitar 3%
  • Jika ibu adalah agen pembawa (carrier), risiko Down syndrome berkisar antara 10-15%

Seorang pembawa (carrier) bisa tidak menunjukkan tanda atau gejala Down syndrome, tapi ia bisa menurunkan proses translokasi tersebut ke janinnya.

Apa saja faktor risiko melahirkan bayi Down syndrome?

Beberapa teori berpendapat bahwa Down syndrome dipicu dari seberapa baiknya tubuh ibu memproses asam folat.

Namun, banyak juga yang menentang teori ini, karena ada banyak kesimpangsiuran mengenai faktor yang memengaruhi terjadinya Down syndrome.

Hal ini dijelaskan oleh Kenneth Rosenbaum, M.D, kepala divisi genetika dan metabolisme sekaligus wakil direktur Down Syndrome Clinic di Children’s National Medical Center in Washington, D.C.

Ada beberapa kondisi tertentu yang dapat meningkatkan risiko Anda memiliki bayi dengan Down syndrome. Hal-hal tersebut disebut dengan faktor risiko.

Berikut beberapa faktor risiko penyebab Down syndrome atau sindrom Down:

1. Usia ibu saat hamil
Usia ibu saat hamil memang bukan penyebab Down syndrome, tetapi ini merupakan salah satu faktor risikonya. Down syndrome bisa terjadi di usia berapa saja saat ibu sedang hamil.Akan tetapi, peluang terjadinya Down syndrome akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia.

Risiko mengandung bayi dengan masalah genetika, termasuk Down syndrome, dipercaya meningkat saat usia wanita mencapai 35 tahun atau lebih tua ketika sedang hamil.Ini karena sel telur wanita yang usianya lebih tua berisiko lebih besar untuk mengalami pembelahan kromosom yang tidak tepat.

Walaupun begitu, tidak menutup kemungkinan anak dengan Down syndrome lahir dari wanita berusia kurang dari 35 tahun karena peningkatan angka kehamilan dan kelahiran di usia muda.Wanita yang berusia 25 tahun saat hamil memiliki risiko 1 banding 1200 orang untuk melahirkan bayi dengan Down syndrome.

Sementara wanita yang berusia 35 tahun saat hamil memiliki risiko hingga 1 banding 350 orang. Begitu pula pada wanita hamil berusia 49 tahun, risiko terjadinya sindrom Down meningkat hingga 1 banding 10 orang.

Mereka menemukan bahwa pada rahim wanita yang mendekati usia menopause dan risiko infertilitas juga meningkat. Selain itu, kemampuan menyeleksi embrio cacat menurun dan meningkatkan risiko anak yang dikandungnya akan mengalami kemunduran perkembangan sepenuhnya.

2. Pernah melahirkan bayi Down syndrome sebelumnya
Wanita yang pernah mengandung bayi dengan Down syndrome memiliki risiko lebih tinggi untuk melahirkan bayi selanjutnya yang juga mengidap Down syndrome.

Hal ini juga berlaku untuk orangtua yang memiliki sindrom Down translokasi sehingga berisiko dapat berpengaruh kepada bayinya.

3. Jumlah saudara kandung dan jarak lahirnya
Risiko bayi lahir dengan sindrom Down juga bergantung pada seberapa banyak saudara kandung dan seberapa besar jarak usia antara anak paling bungsu dengan bayi tersebut. Hal itu dijelaskan dalam penelitian Markus Neuhäuser dan Sven Krackow, dari Institute of Medical Informatics, Biometry and Epidemiology di University Hospital Essen.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya juga, risiko memiliki bayi dengan sindrom Down semakin tinggi pada ibu yang hamil untuk pertama kali di usia yang lebih tua. Risiko ini juga akan semakin meningkat bila jarak antar kehamilan semakin jauh. (sumber : Hello Sehat)

Copyright Themes © 2022